Oleh : Ummu Shofi
Sore itu kulihat suamiku mondar mandir keluar masuk
ruangan dengan wajah murung. Aku tahu sebabnya, dia tidak diterima dalam
seleksi masuk S-2 di sebuah lembaga pendidikan yang dia inginkan,
walaupun hasil test dia terbaik dari hasil tes peserta yang lain, dengan
alasan suamiku telah diterima di lembaga lain yang masih ada dalam satu
naungan.
Suatu hal yang sangat wajar bila dia kecewa. Namun aku
mencoba untuk menghibur walau aku sendiri merasakan kesedihan yang sama,
dengan mengatakan: "Sudahlah Bi, Insya Allah ada hikmahnya. Mungkin ini
pilihan yang terbaik dari Allah buat kita". Suamikupun
berusaha untuk melapangkan hati, berusaha menghilangkan kekecewaan, dan
menjalani pilihan Allah itu dengan sungguh-sungguh. Dengan rasa yakin,
Allah pasti memberi yang terbaik.
Benar saja, dalam perjalanan kuliah, Allah memberikan
kepada suamiku tempat kerja yang memungkinkan untuk memperoleh beasiswa
belajar. Padahal sekiranya suamiku diterima di lembaga yang dia
inginkan, tidak ada program beasiswa disana, walaupun diakui secara
kualitas pendidikan di lembaga tersebut mungkin lebih baik. Beberapa
bulan sebelum beasiswa turun, negeri ini dilanda krisis ekonomi. Segala
kebutuhan pokok naik, biaya transport naik, dan usaha yang dirintis
suamiku tidak lancar. Apabila suamiku diterima di lembaga pendidikan
yang dia inginkan, mungkin study-nya tidak selesai, dan pekerjaanpun
lepas entah kemana.
Inilah sekilas pengalaman pribadi kami,
yang mungkin dapat diambil hikmahnya. Bahwa, seringkali kita sulit
menerima kenyataan yang ditentukan oleh Allah Sang Penguasa kepada kita.
Hingga kita banyak berkeluh kesah, memendam kekecewaan yang panjang dan
bersu’udzon kepada Allah. Bahkan ada yang sampai berani mengatakan,
Allah tidak adil (na’udzu billahi min dzaalik).
Demikianlah, kehidupan kita senantiasa
diwarnai dengan kejadian yang senantiasa berpasangan. Ada senang ada
susah, ada kesuksesan ada kegagalan. Yang sering kali kita tidak
mengerti dan tidak mampu memahami hikmah dibalik setiap peristiwa. Yang
kesemuanya mengajarkan kepada kita untuk senantiasa bersyukur atas
setiap rahmat yang dianugerahkan kepada kita, dan bersikap sabar dalam
setiap ujian. Kita harus meyakini
sepenuhnya bahwa Allah Pencipta kita, lebih Tahu mana yang terbaik bagi
kita. Apa saja yang kita inginkan dan kita senangi, belum tentu baik
menurut pandangan Allah. Sebaliknya, apa yang tidak kita inginkan dan
tidak kita senangi belum tentu buruk untuk kita, menurut pandangan
Allah.
"Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS Al Baqoroh : 216).
Sehingga, seharusnyalah kita sebagai
ummat-Nya selalu menggantungkan diri kepada-Nya. Mengkomunikasikan
segala keinginan kepada-Nya. Memohon petunjuk dan bimbingan untuk dapat
memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk, dan selalu berprasangka
baik kepada Allah atas segala ketentuan yang ditetapkan. Menyertakan
do’a dalam setiap usaha. Dan lapang dada, tawakkal kepada Allah
terhadap segala yang terjadi. Sehingga kehidupan ini akan menjadi nikmat
dijalani. Nikmat yang dianugerahkan-Nya akan menambah ketaatan kita,
dan cobaan yang diberikan akan menjadikan kita lebih dekat kepada-Nya.
"Robbi awzi’nii an asykuroo ni’matakallatii an’amta
‘alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shoolihan tardhoohu wa ad
khilnaa birohmatika fii ‘ibaadikashshoolihiin”.
Ya Robb kami, berilah aku ilham untuk tetap
mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan kepada
dua orang ibu bapakku, dan untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau
ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan
hamba-hamba-Mu yang shaleh. (QS An Naml:19). Wallaahu 'a’lam bishshowwab.