"Tsara"
"25 tahun, wanita, Jakarta"
Barisan
kata diatas adalah kata-kata yang biasa muncul di layar monitor
komputer dalam sebuah dialog antar dua layar yang biasa disebut
chatting. Sebuah fasilitas dialog dunia maya (internet) yang sedang
digemari terutama oleh kalangan muda dan profesional. Penggunaannya
kemudian tidak hanya sebagai sarana komunikasi seperti halnya telepon,
surat ataupun email.
Internet
dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan begitu memanjakan para
penggunanya. Hanya dengan memainkan jari jemari sekedar menekan 'tuts'
dan mengklik 'mouse' sepersekian detik saja anda sudah mampu menembus
dunia tanpa batas ruang dan waktu. Dan salah satu yang sedang digemari
dan tetap banyak penggunanya hingga saat ini adalah chatting.
Di
kalangan muslim, fasilitas chatting awalnya digunakan untuk ajang
silaturahim dan taushiah. Namun seiring perkembangan kebutuhan serta
kesibukan para penggunanya, disamping juga sifat 'memanjakan' yang
diberikannya, fasilitas tersebut tidak hanya menggantikan peran surat
yang dianggap 'tradisional' disamping juga karena faktor kelambatan
penyampaian informasinya, telepon yang biayanya relatif lebih mahal
terlebih jika harus menggunakan sambungan interlokal, bahkan media-media
silaturahim dengan acara 'tatap muka' pun bisa tergantikan dengan
fasilitas satu ini, karena anda bisa mengirimkan gambar (pic = singkatan dari 'picture') ke layar teman bicara anda.
Awalnya,
setiap pengguna (user) pemula adalah coba-coba atau sekedar iseng
karena diberitahu teman sedkit tentang 'nikmat'nya ber-chat ria di depan
layar komputer. Awalnya pula anda akan seperti orang 'bego' saat
barisan kata-kata muncul di layar monitor anda dan kemudian anda
tertarik untuk menjawab setiap pertanyaan yang muncul. Namun kemudian
setelah sekian lama mencoba, anda mulai menikmati dan membenarkan cerita
teman anda tentang nikmatnya chatting. Anda sudah mulai faham
istilah-istilah seperti; asl, btw, thx, fyi,
dan lain-lain dimana sebagian istilah tersebut juga berlaku dalam
pengiriman surat elektronik (email) ataupun kode-kode seperti :), :(,
:D, :p, :)), ;-| dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu, secara tidak
sadar anda mulai sering senyum-senyum bahkan tertawa sendirian seolah
lawan bicara anda yang letaknya entah dimana itu sedang berada persis
didepan anda.
Tebar Pesona di Dunia Maya (FB, BBM, Twitter)
Bisa
dipastikan, kecenderungan setiap chatter (para pengguna fasilitas chat)
adalah menyembunyikan identitas aslinya, hal itu terlihat dari nickname
yang mereka gunakan sebagai identitas awal mereka. Namanya bisa
terkesan sangat asing atau tidak sedikit yang kadang konyol bahkan
mengada-ada. Co-keren, co-cute, barbiegirl, ce-manis, whitesoul dan lain-lain adalah sedikit contoh dari jutaan nickname yang biasa mangkal di berbagai chatroom.
Sudah
menjadi sifat manusia untuk tidak percaya dengan orang lain, terlebih
yang baru dikenalnya. Itulah salah satu alasan kenapa para chatter
cenderung menyembunyikan identitas aslinya. Tidak hanya pada nama,
bahkan informasi yang berkenaan dengan usia, tempat tinggal (lokasi),
pekerjaan dan tempat kerja, sampai --ini yang paling sering
dirahasiakan-- marital status!
Sikap
kehati-hatian yang menjadi alasan awal untuk menyembunyikan identitas
itu kemudian berlanjut dalam obrolan berikutnya, selanjutnya dan
seterusnya. Bisa dikatakan, karena awalnya sudah memalsukan identitas
-kalau tidak terlalu kasar untuk disebut berbohong- maka jawaban-jawaban
atau pernyataan seterusnya akan cenderung palsu juga. Uniknya, meski
para chatter seolah sudah saling mengerti bahwa masing-masing lawan
bicara cenderung 'omong palsu' karena mereka pun melakukan hal yang
sama, para chatting mania itu ternyata sangat menikmati obrolan (palsu)
tersebut.
Maka
tidaklah mengherankan jika chatting kemudian berkembang menjadi suatu
arena 'tebar pesona' diantara para penggunanya. Mulai dari atraksi
intelektual, untaian kata indah menyentuh hati (biasanya dilakukan
terhadap lawan jenis) hingga rayuan gombal pun tidak lepas menghiasi
layar monitor anda. Meski demikian tidak semua chatroom berisi hal-hal
penuh kepalsuan dan juga para chatter yang cenderung berbohong, karena
tentu masih ada chatroom-chatroom yang lebih mengkedepankan aspek-aspek
dialog bermanfaat dengan para chatter yang juga melakukan chatting
dengan tujuan yang relatif lebih jelas, lebih bernas ketimbang sekedar
tebar pesona atau curhat-curhatan. Untuk kelompok yang satu ini, bahkan
mereka tidak segan-segan keluar dari chatroom jika pembicaraan sudah
mengarah kepada hal yang sia-sia dan kurang bermanfaat.
'Pacaran' di Dunia Maya
Sebuah
situs Islam lokal di Indonesia yang menyediakan fasilitas konsultasi
dan tanya jawab seringkali mendapatkan email-email dengan pertanyaan
yang hampir sama, seperti, "bolehkah ta'aruf dengan lawan jenis melalui
internet/chatting?" atau bahkan "apa hukumnya mencari pasangan hidup
dari hasil chatting?"
Bahkan
ada netters yang terang-terangan mengakui bahwa dirinya lebih 'pede'
(percaya diri) melakukan obrolan melalui chatting atau email daripada
harus bertemu langsung. Di kalangan pemuda-remaja muslim, chatting
dianggap sebagai wadah yang lebih 'safety' untuk melakukan silaturahim
atau berdiskusi ketimbang harus bertatap muka dengan resiko berkhalwat.
Maka dengan anggapan yang bisa dibilang terburu-buru itu, maraklah
chatroom-chatroom itu dipenuhi oleh para muslim-muslimah. Bahkan tidak
sedikit dari mereka yang notabenenya berlabel aktifis.
Pada
satu sisi, kemajuan teknologi memang tidak dapat dibendung lajunya dan
sebagai muslim yang juga ingin maju sudah tentu tidak ingin ketinggalan
dalam mengikuti perkembangan dan trend teknologi terbaru jika tidak
ingin disebut 'gaptek' atau gagap teknologi. Namun disisi lain tanpa
disadari telah menggeser sedikit demi sedikit norma-norma pergaulan yang
awalnya menjadi sesuatu yang tabu dilakukan antar lawan jenis.
Misalnya, yang biasanya 'tidak berani' berbicara langsung dengan alasan
menundukkan pandangan dan menghindari berkhalwat, kini bebas ber
'haha-hihi' di ajang chatting meski satu sama lain belum betul-betul
saling mengenal.
Tidak
sampai disitu, dari mulai mentertawakan bersama hal-hal yang lucu yang
muncul dari barisan kata-kata di layar monitor sampai pengungkapan
identitas diri yang sebenarnya, memberikan jawaban-jawaban atau solusi
atas setiap permasalahan teman bicaranya, yang kesemuanya masuk dalam
skenario tebar pesona para chatter, dimana hal itu tidak berani mereka
lakukan di dunia nyata dengan alasan tidak 'pede' karena berbagai
kekurangan fisik dan nonfisik yang dimilikinya, muncullah benih-benih
harapan baru bahwa ingin menjadikannya lebih dari sekedar teman bicara
atau berdiskusi. Ajaib memang, manusia-manusia yang selama ini mengalami
gejala inferiority, internet mampu menyulapnya menjadi manusia superior
yang penuh percaya diri, setidaknya selama ia masih berada di dunia
maya.
Jadilah
hari-hari selanjutnya penuh pesona bunga merona cinta. Ayunan jari
jemari diatas tuts keyboard seakan menjadi saksi betapa mereka sedang
dibuai asa merenda masa depan. Barisan kata-kata yang tertuang di layar
monitor mulai terukir indah penuh makna, perhatian bahkan kasih sayang
dan cinta. Setelah itu, timbullah keinginan untuk copy
darat, istilah para chatter untuk melakukan pertemuan atau tatap muka
secara langsung untuk mengakhiri rasa penasarannya selama ini akan wujud
asli dari si pembuai maya.
Ups!
Sampai disini hati-hati karena bisa jadi tanpa disadari anda sudah
melakukan zina hati. Jika chatting yang anda lakukan sudah mengarah
kepada hal-hal yang tidak ada bedanya dengan layaknya orang berpacaran,
seperti mengumbar pesona untuk menarik hati, memberikan perhatian yang
berlebihan yang belum sepantasnya anda lakukan, memberikan atau menaruh
harapan yang berlebihan akan cinta dan cita masa depan.
Bukan
berarti juga ada larangan melakukan chatting untuk tujuan ta'aruf pra
nikah. Hanya saja masalahnya, hal itu tidak dikondisikan dan
dikomunikasikan sedemikian baik dan terjaga dari permainan hati yang
bisa jadi syaitan bermain di dalamnya (na'udzubillaahi min dzalik).
Jika
kita bisa berbicara (soal hati dan kecenderungan terhadap lawan jenis)
dengan kadar yang sewajarnya, dengan hati yang tetap terjaga dari
kemungkinan munculnya hasrat yang cenderung kepada nafsu, dengan sikap
dan kata-kata yang tidak akan merusak dan menghilangkan hakikat tujuan
dari ta'aruf dan ukhuwah itu sendiri serta tidak malah terjebak pada
permainan kata-kata perhatian (taushiah) berselubung cinta, tentu masih
bisa dibenarkan. Namun masalahnya, seberapa dari kita yang benar-benar
siap dan sanggup melakukan hal tersebut. Dan jika secara jujur dalam
hati ini merasa berat, sebaiknya hindari dan lebih baik memilih lawan
bicara yang sejenis untuk lebih menjaga hati tetap bersih. Wallahu a'lam bishshowaab